Mengenal Perbedaan Ahli Sunnah Waljama'ah dan Mu'tazilah.

Madrasah Santri |

Mu'tazilah berpandangan bahwa Tuhan telah memberikan kemerdekaan dan kebebasan bagi manusia dalam menentukan kehendak dan perbuatannya sendiri, karena Tuhan tidak absolute dalam kehendak-Nya, dan Tuhan mempunyai kewajiban berlaku adil, berkewajiban menempati janji, berkewajiban memberi rizki.

Sedangkan Ahli sunnah waljama'ah sebaliknya seluruh perbuatan di atas kehendak Allah dalam artian Allah yang mengendalikan nya, dikarenakan Allah yang menciptakan perbuatan tersebut, hanya saja bagi manusia diberikan sifat ikhtiar.

Hal ini selaras dengan firman Allah : و الله خلقكم وما تعملون

“Dan Allahlah yang telah menciptakan kamu dan apa-apa yang kamu perbuat.”

Jika ada yang bertanya :

Seandainya seluruh perbuatan hamba itu adalah kehendak Allah, Apakah si hamba itu majbur (terpaksa) pada seluruh perbuatannya ? Mengapa Allah meminta pertanggung jawaban amalan si hamba?

Maka jawaban versi Ahli Sunnah waljama'ah adalah :

Si hamba tidaklah semata mata majbur (terpaksa) pada seluruh perbuatan nya, karena ia mempunyai iradah juz'iyah (kehendak lokal) yang dengan ini ia mampu tuk memalingkan kehendaknya ke arah kebaikan & ke arah kejahatan, dan seorang hamba juga mempunyai akal untuk membedakan antara yang baik & yang buruk. Jika ia palingkan kehendaknya itu kepada kebaikan maka ia di beri pahala karena jelas kebaikan itu atas usahanya, jika ia palingkan kehendaknya itu kepada kejahatan disiksalah ia karena dudah jelas kejahatan itu atas usahanya

Permasalahan Orang yang melakukan dosa besar.

Versi Mu'tazilah :

Pada aliran mu’tazilah tidak menentukan status dan predikat yang pasti pada bagi pelaku dosa besar, apakah ia tetap mukmin atau kafir, kecuali dengan sebutan “al-manzilah bain al-manzilatun“. Setiap pelaku pelaku dosa besar, menurut mu’tazilah,berada diposisi tengah antara posisi mukmin dan kafir. Jika pelakunya belum sempat bertaubat, ia akan dimasukkan dalam neeraka selama-lamanya. Namun siksanya lebih ringan dari pada siksaan orang kafir. Jadi, menurut mu’tazilah yang dimaksud dengan dosa besar adalah segala perbuatan yang ancamannya disebutkan secara tegas dalam nash,sedangakan dosa kecil adalah sebaliknya.

Versi Ahli Sunnah Waljama'ah :

Dosa besar menurut aliran Ahli sunnah waljama'ah adalah pelaku dosa besar masih tetap di kategorikan sebagai beriman, akan tetapi apabila ia beranggapan bahwa dosa ini diperbolehkan (halal) dan tidak diharam kan maka ia dipandang kafir. Adapun balasan di akhirat kelak apabila ia meninggal tidak sempat bertaubat, maka hal itu diserahkan kepada kebijakan Allah Swt, dan mendapatkan syfa’at Nabi SAW, sehingga terbebaskan dari siksaan neraka atau kebalikannya. Meskipun begitu, ia tidak akan kekal di neraka seperti orang kafir lainnya. Dan bisa masuk surga.

Permashalan Perbuatan Manuisa.

Vers Mu'tazilah

Aliran mu’tazilah berpendapat bahwa manusia mempunyai daya yang besar dan bebas. Oleh karena itu, manusia lah yang menciptakn perbuatan-perbuatannya. Manusia sendirilah yang berbuat baik dan buruk. Ketaatan dan kepatuhannya adalah kehendak dan kemauannya sendiri, daya(al-istitha’ah) untuk mewujudkan kehendak terdapat dalam diri manusia sebelum adanya perbuatan . meskipun berpendapat bahwa Allah tidak menciptakan perbuatan dan tidak pula menentukannya.

Versi Ahli Sunnah Waljama'ah :

Sedangkan menurut asy'ari dikenal teori alkasb  (perolehan) yaitu segala sesuatu yang terjadi dengan perantaraaan daya yang diciptakan, sehingga menjadi perolehan bagi muktasib (orang yang berusaha) yang memperoleh kasab (usaha) untuk melakukan perbuatan nya.

Mungkin masih banyak terjadi perbedaan antara Ahlisunnah waljama'ah dan mu'tazilah.

Banyak golongan golongan yang terjadi perbedaan pendapat soal ke tauhidan, namun Rasulullah Saw telah bersabda hanya satu golongan yang masuk syurga :

ليأتينَّ على أمَّتي ما أتى على بني إسرائيل حَذوَ النَّعلِ بالنَّعلِ ، حتَّى إن كانَ مِنهم من أتى أُمَّهُ علانيَةً لَكانَ في أمَّتي من يصنعُ ذلِكَ ، وإنَّ بَني إسرائيل تفرَّقت على ثِنتينِ وسبعينَ ملَّةً ، وتفترقُ أمَّتي على ثلاثٍ وسبعينَ ملَّةً ، كلُّهم في النَّارِ إلَّا ملَّةً واحِدةً ، قالوا : مَن هيَ يا رسولَ اللَّهِ ؟ قالَ : ما أَنا علَيهِ وأَصحابي

Umatku akan mengalami apa yang dialami oleh Bani Israil, seperti sejajarnya sandal dengan pasangannya, hingga apabila ada di antara mereka itu yang menyetubuhi ibunya secara terang-terangan, niscaya di antara umatku akan ada yang berbuat demikian. Dan, sungguh Bani Israil sudah berpecah belah menjadi 72 golongan, sedangkan umatku akan terpecah menjadi 73 golongan; semuanya di Neraka, kecuali satu golongan". Para Sahabat bertanya: "Siapakah mereka, wahai Rasulullah?" Maka beliau meniawab: "Yaitu mereka yang berada di ajaranku dan para Sahabatku

Menurut mufassirin golongan itu adalah Ahlisunnah Waljama'ah yang di pelopori oleh imam maturidi dan imam Asy'ari.

Previous Post Next Post