Hanya membuntuti bayang bayangmu

Sebab mencintaimu seperti aku menunggu waktu yang berlalu
Tak perlu alasan untuk menjadi bagaimana
Tak perlu sebuah musim untuk pengingat
Tak perlu pelukan hangat
Saat resah berharap di gugurkan

Itu adalah kamu, dan memang kamu
Di antara kesekian yang ku lalui kemarin
Yang belum memberi arti dari bersama

Tapi masih saja aku menukuri bentuk punggungmu,
Mengukur seberapa jarak tempatku ke tempatmu,

Agar bisa meneduhkan kedua kepala
Dalam satu payung bahagia
Rasa-rasanya ingin sekali aku menepuk punggungmu berkata sedikit menuntut

"Hey tidakkah kamu melihat aku selama ini ? seseorang yang setia membuntuti bayangmu" 

Sekejap kamu melihatku, menampilkan wajah yang dingin, membekukan semu merah di kedua pipi dengan segala sesak di rasa, sapaan itu kembali di telan hilang entah kemana, hingga sebuah tabah kembali di tawar rendah.

Apakah ini masih bisa dijadikan bekal untuk bertahan, sedangkan seluruh alam meminta aku menyerah pada waktu, dan juga padamu,

Sedangkan ada dia yang juga sepertiku
Setia mengikuti bayangan cinta nya
Setia menawarkan gelegak tawanya untuk di tukar dengan pedihku, atas penantian panjang tentangmu

Lalu bagaimana jadinya nanti ?
Bila tanpamu di nafasku, bila tanpamu di denyutku

Bila tanpamu di semesta ku, hah !
Tentu saja aku mati 

Maka sekali lagi 
Mungkin kembali ku patahkan 
Hatiku dan hatinya (seseorang yang mencintaiku)
Agar bisa terpenuhi egoku sendiri
Untuk tetap mencintai seseorang
Yang tak pernah melihatku ada !!




Previous Post Next Post